Fakultas Ilmu Keguruan di berbagai perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam mempromosikan pendidikan inklusif. Hal ini penting untuk memastikan bahwa calon guru memiliki pemahaman dan keterampilan dalam mendidik siswa dengan disabilitas.
Aria Indrawati, Kepala Humas dan SDM Yayasan Mitra Netra, menegaskan pentingnya memasukkan pendidikan inklusif ke dalam kurikulum pendidikan guru. “Mahasiswa yang belajar menjadi guru perlu dibekali kemampuan untuk berinteraksi dengan siswa disabilitas,” ujar Aria dalam acara “Kolaborasi Untuk Inklusi: Mendorong Akses dan Akomodasi Layak bagi Penyandang Disabilitas dalam Sektor Pendidikan Tinggi dan Pekerjaan Formal” di Pakarti Centre, Jakarta, Rabu (23/1/2025).
Saat ini, masih belum tersedia panduan yang jelas terkait penerapan pendidikan inklusif di perguruan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan komitmen nyata dari institusi pendidikan untuk merancang mata kuliah atau modul khusus yang relevan.
Menurut Aria, Fakultas Ilmu Keguruan dapat mengambil inisiatif dengan menambahkan topik atau mata kuliah khusus terkait pendidikan inklusif. Model pembelajaran ini juga dapat berfungsi sebagai pelatihan selama masa pendidikan calon guru. Selain itu, calon guru harus dibekali dengan pendekatan humanis dalam mengelola kelas inklusif, seperti komunikasi yang baik, empati, dan fleksibilitas.
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan praktisi sangat penting untuk memastikan pendidikan inklusif menjadi standar di setiap jenjang pendidikan. Dengan langkah tersebut, diharapkan seluruh siswa, termasuk yang memiliki disabilitas, dapat mengakses pendidikan yang berkualitas secara adil dan merata.