Tag Archives: Stress Management

https://solfestofficial.com

Jangan Biarkan Toxic People Merusak Hidupmu: Saatnya Pasang Batasan dan Jaga Kesehatan Mental

Berapa kali dalam seminggu ini seseorang membuat suasana hatimu hancur? Bisa jadi orang asing yang tiba-tiba kasar, rekan kerja yang menyebalkan, atau teman yang gemar memicu emosimu. Jangan bohong, pasti pernah, kan?

Namun, tahukah kamu bahwa kamu bisa tetap tenang di tengah kekacauan tersebut? Kuncinya adalah membatasi interaksi dengan individu beracun alias toxic people.

Mari bersikap realistis—jika seseorang sudah terbukti toxic, mereka tidak berhak memiliki akses bebas ke hidupmu. Seperti contoh seorang teman, sebut saja Zee. Zee adalah ratu drama yang selalu menciptakan konflik dengan pacarnya, dosen, atau teman-temannya. Awalnya, orang-orang mengira itu hanya karakternya, tetapi lama-kelamaan mereka menyadari bahwa hubungan dengan Zee tidak sehat.

Beberapa teman mulai menjaga jarak tanpa perlu konfrontasi atau drama. Awalnya, Zee tidak menyadari hal ini, tetapi seiring waktu, ia berpindah ke orang lain yang bisa menjadi pelampiasan emosinya. Hasilnya? Hidup orang-orang yang menjaga jarak darinya menjadi lebih damai.

Hal ini juga berlaku untuk keluarga. Banyak yang merasa bersalah ketika harus menjaga jarak dari orang tua atau saudara yang toxic. Namun, ingatlah bahwa kamu juga berhak hidup dengan tenang. Jika memutus hubungan sepenuhnya tidak memungkinkan, kamu bisa membatasi interaksi dengan mengurangi pertemuan atau membatasi percakapan.

Terkadang, kita terlalu kecewa karena berekspektasi terlalu tinggi terhadap orang lain. Kita berharap mereka akan bersikap sopan, bertanggung jawab, dan peduli. Namun, kenyataannya, tidak semua orang demikian.

Misalnya, seorang atasan yang selalu terlambat dan sering menyalahkan timnya. Awalnya, para karyawan merasa frustrasi dan marah setiap kali ia berulah, hingga suatu hari ada seseorang yang berkata, “Kenapa kamu berharap dia berubah? Dia memang seperti itu dari awal.”

Kata-kata itu menyadarkan mereka bahwa marah-marah hanya membuang energi. Akhirnya, beberapa karyawan mulai menurunkan ekspektasi mereka, tetap profesional, dan tidak lagi membuang waktu untuk kesal terhadap hal yang tidak bisa diubah.

Begitu pula dalam hubungan pertemanan atau pekerjaan. Jika ada teman yang lupa ulang tahunmu, rekan kerja yang kurang produktif, atau pasangan yang kurang peka, jangan langsung terpancing emosi. Mereka hanyalah manusia yang bisa melakukan kesalahan. Dengan ekspektasi yang lebih realistis, hidup akan terasa lebih ringan.

Pernahkah kamu melihat anak kecil mengamuk karena hal sepele? Begitulah cara menghadapi orang dewasa yang penuh drama—anggap saja mereka seperti balita yang sedang tantrum.

Misalnya, seorang rekan kerja yang sering menyindir secara pasif-agresif. Bayangkan dia sebagai anak kecil yang sedang ngambek. Apakah kamu akan ikut marah? Tentu tidak. Sebaliknya, kamu bisa tetap tenang, mengangguk-angguk, lalu kembali fokus pada pekerjaan.

Begitu pula dengan orang yang selalu mencari perhatian. Mereka hanya ingin divalidasi, tetapi jika kamu tidak merespons sesuai keinginan mereka, lama-lama mereka akan lelah sendiri.

Salah satu teknik yang bisa dicoba, seperti yang disarankan oleh Daily Stoic, adalah membayangkan orang yang membuatmu kesal sebagai anak kecil yang memakai popok sambil menangis karena tidak diberi es krim. Ini bukan untuk merendahkan mereka, tetapi untuk menyadarkan bahwa mereka tidak pantas mendapatkan reaksimu.

Terkadang, kita juga terlalu takut untuk berkata “tidak”. Kita merasa harus selalu ada untuk semua orang. Padahal, jika kamu selalu tersedia untuk orang lain, kamu tidak akan pernah punya waktu untuk dirimu sendiri.

Seperti kisah Zee tadi. Awalnya, teman-temannya selalu ada untuk mendengarkan curhatannya, tetapi mereka akhirnya sadar bahwa mereka hanya dijadikan tempat pembuangan emosi.

Akhirnya, beberapa dari mereka mulai menetapkan batasan. Mereka tidak selalu mengangkat teleponnya, tidak langsung membalas pesan, dan lebih selektif dalam mendengar curhatannya. Hasilnya? Mereka merasa lebih tenang dan hubungan pertemanan dengan Zee menjadi lebih sehat.

Pada akhirnya, kamu tidak berkewajiban untuk selalu merespons setiap telepon, membalas pesan secepat kilat, atau menjadi sandaran emosional bagi orang lain. Waktu dan energimu berharga.

Jadi, mulai sekarang, prioritaskan kesehatan mentalmu. Jangan takut untuk menetapkan batasan, karena hidup yang damai jauh lebih penting daripada mempertahankan hubungan yang hanya membawa stres.