Tag Archives: Aceh

https://solfestofficial.com

Masjid Indonesia di Bangkok: Jejak Sejarah dan Keindahan di Tengah Kota

Di tengah kemegahan gedung-gedung tinggi Bangkok, terdapat sebuah masjid bersejarah yang menjadi kebanggaan komunitas Muslim Indonesia di Thailand, yaitu Masjid Indonesia. Masjid ini didirikan pada tahun 1949 di atas tanah wakaf yang diberikan oleh warga Indonesia yang dahulu bermukim di daerah tersebut. Lokasinya berada di Polo 5 Alley, Lumphini, Pathum Wan, dan bisa diakses dengan berjalan sekitar 200 meter dari Jalan Soi Polo 5, tepat di seberang Taman Lumphini.

Masjid ini memiliki ciri khas bangunan berwarna hijau dengan kubah yang terlihat dari kejauhan. Gang menuju masjid cukup sempit, hanya dapat dilewati oleh satu mobil, dan di sepanjang jalannya berjejer motor milik warga maupun jamaah yang hendak beribadah. Tidak jauh dari masjid, terdapat beberapa warung yang menjual aneka makanan, telur, dan sayuran. Salah satu warung di sekitar area ini bahkan menampilkan logo halal sebagai jaminan kehalalan dagangannya.

Masjid Indonesia terdiri dari tiga lantai, dengan dua lantai teratas difungsikan sebagai tempat salat. Mimbar utama terletak di lantai tiga, sementara di lantai pertama, terdapat sebuah poster berbingkai yang menarik perhatian. Poster ini menampilkan foto Masjid Raya Baiturrahman di Aceh yang tetap kokoh meski diterjang tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004. Tulisan di poster itu berbunyi, “Kebesaran Ilahi. Kekuatan masjid di Aceh masih tegak seperti gunung saat tsunami melanda dengan dahsyat.”

Masjid Indonesia bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol persaudaraan dan sejarah panjang komunitas Muslim Indonesia di Thailand. Keberadaannya menjadi bukti kuatnya ikatan spiritual dan sosial yang telah terjalin selama puluhan tahun.

Lebih Dari 260 Pengungsi Rohingya Mendarat Di Aceh Setelah Berlayar Selama Beberapa Hari

Lebih dari 260 pengungsi Rohingya, termasuk wanita dan anak-anak, berhasil mendarat di pantai Aceh, Indonesia, setelah berlayar selama beberapa hari di laut. Kedatangan ini menambah jumlah pengungsi yang terus mencari perlindungan dari kekerasan dan kondisi hidup yang buruk di Myanmar dan Bangladesh.

Dua kapal yang membawa pengungsi tersebut mendarat di Pantai Alue Bue, wilayah Peureulak Barat, Aceh, pada malam hari. Menurut laporan resmi, terdapat sekitar 264 pengungsi yang terdiri dari 117 pria dan 147 wanita, dengan sekitar 30 di antaranya adalah anak-anak. Momen ini menandai salah satu kedatangan terbesar dalam beberapa waktu terakhir dan menunjukkan bahwa krisis pengungsi Rohingya masih menjadi isu yang mendesak. Ini mencerminkan situasi sulit yang dihadapi oleh komunitas Rohingya yang terus melarikan diri dari penindasan.

Pengungsi tersebut dilaporkan telah menghabiskan waktu berhari-hari di laut dengan kondisi yang sangat tidak nyaman. Salah satu kapal dilaporkan tenggelam di lepas pantai sebelum pengungsi dapat mencapai daratan. Mereka akhirnya berhasil mendarat saat air surut, menunjukkan betapa berbahayanya perjalanan yang mereka lakukan untuk mencari keselamatan. Ini menunjukkan risiko tinggi yang dihadapi oleh para pengungsi dalam usaha mereka untuk melarikan diri dari situasi yang mengancam jiwa.

Setelah kedatangan mereka, otoritas setempat bekerja sama dengan badan-badan internasional seperti UNHCR untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi. Proses verifikasi dan pencatatan kedatangan dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Ini mencerminkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan organisasi internasional dalam menangani masalah pengungsi.

Masyarakat Aceh, yang memiliki pengalaman sejarah dengan konflik dan pengungsian, menunjukkan sikap campur aduk terhadap kedatangan pengungsi Rohingya. Banyak yang bersimpati terhadap nasib mereka, tetapi ada juga kekhawatiran mengenai dampak terhadap sumber daya lokal. Hal ini mencerminkan tantangan sosial yang harus dihadapi oleh komunitas lokal dalam menyambut pengungsi baru.

Kedatangan ini menyoroti tren peningkatan jumlah pengungsi Rohingya yang mencoba mencapai Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Dengan banyaknya orang yang melarikan diri dari kekerasan dan kemiskinan, situasi ini menunjukkan bahwa krisis kemanusiaan masih jauh dari selesai. Ini menunjukkan perlunya perhatian global lebih lanjut terhadap masalah ini.

Dengan lebih dari 260 pengungsi Rohingya kini berada di Aceh, tahun 2025 diharapkan menjadi tahun penuh harapan bagi mereka dalam mencari perlindungan dan kesempatan baru. Semua pihak kini diajak untuk memperhatikan kebutuhan dasar para pengungsi dan mendukung upaya untuk memberikan mereka kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan dalam menangani krisis ini akan sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi internasional dalam memberikan bantuan yang diperlukan.