Tag Archives: Penyakit jantung

https://solfestofficial.com

Cegah Hipertensi Sejak Dini: Pentingnya Gaya Hidup Sehat untuk Kesehatan Jantung

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat guna menurunkan risiko hipertensi, bahkan tanpa ketergantungan obat.

Sekretaris Jenderal InaSH, Dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, menegaskan bahwa hipertensi bukan hanya masalah kesehatan bagi lansia, tetapi juga dapat menyerang anak-anak, remaja, hingga ibu hamil. Peningkatan kasus hipertensi pada anak dan remaja disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan tinggi garam, serta kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol. Jika hipertensi terjadi sejak usia muda, risiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari akan meningkat.

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa hipertensi pada usia muda cukup tinggi. Sayangnya, banyak anak muda yang kurang menyadari kondisi ini dan tidak segera memeriksakan diri ke dokter, meskipun hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan angka yang tinggi.

Dr. Ario menekankan bahwa hipertensi tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dapat dikendalikan melalui gaya hidup sehat. Perubahan pola hidup yang sederhana, seperti rutin berolahraga dan menjaga pola makan, dapat membantu mengontrol tekanan darah. Ia merekomendasikan olahraga kardio seperti jalan kaki atau bersepeda, yang dilakukan 3–4 kali seminggu selama 30–40 menit.

Selain olahraga, penting untuk memperhatikan asupan makanan. Konsumsi makanan tinggi garam dapat memicu tekanan darah tinggi, sehingga disarankan untuk membaca label makanan dengan cermat. Beberapa makanan, seperti seledri, diketahui memiliki manfaat dalam mengontrol tekanan darah.

Mengenai kopi, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam batas wajar tidak berdampak buruk terhadap kesehatan jantung dalam jangka panjang. Namun, konsumsi berlebihan dapat memicu peningkatan tekanan darah sementara. Oleh karena itu, jika ingin mengonsumsi kopi, lebih baik memilih kopi hitam tanpa tambahan gula atau pemanis.

Bagi penderita hipertensi yang sudah membutuhkan pengobatan, sangat penting untuk tidak menghentikan konsumsi obat tanpa konsultasi dokter. Obat hipertensi justru berperan dalam menjaga tekanan darah tetap stabil dan melindungi organ tubuh, termasuk ginjal, dari komplikasi yang lebih serius.

Dengan menerapkan pola hidup sehat sejak dini, risiko hipertensi dapat dikurangi, sehingga kualitas hidup tetap terjaga hingga usia lanjut.

Pola Makan Nabati: Kunci Umur Panjang dan Kesehatan Optimal, Bukan Sekadar Tren

Pola makan berbasis nabati semakin populer dan dianggap sebagai strategi efektif untuk hidup lebih sehat dan panjang umur. Namun, sekadar menghindari produk hewani tidaklah cukup—kualitas makanan dan keseimbangan nutrisi tetap menjadi faktor utama. Inilah yang diungkapkan Dr. Luigi Fontana dalam buku terbarunya Plant Power: The Essential Plant Food Guide to Enrich Your Health.

Sebagai Direktur Program Penelitian Umur Panjang Sehat di Universitas Sydney, Fontana menjelaskan bahwa pola makan nabati yang tepat dapat mengaktifkan regenerasi sel serta meningkatkan kesehatan usus. “Kunci hidup panjang dan sehat adalah memberikan tubuh nutrisi yang tepat untuk mendukung proses perbaikan sel dan menjaga keseimbangan mikrobioma usus,” ungkapnya.

Fontana merekomendasikan agar seseorang memulai dengan dua hari makan nabati dalam seminggu, lalu perlahan meningkat hingga lima hari. Menurutnya, makanan berbasis tumbuhan yang minim proses dapat memperlambat penuaan, mengurangi peradangan, dan meningkatkan metabolisme tubuh. Selain itu, serat yang tinggi dalam makanan nabati juga berperan penting dalam memperkuat sistem imun dan menurunkan risiko penyakit kronis.

Namun, beralih ke pola makan nabati tidak selalu berarti lebih sehat. Banyak makanan nabati yang tergolong ultra-processed, seperti biskuit, keripik, dan sereal kemasan, yang meskipun berbahan dasar tumbuhan, tetap memiliki kandungan nutrisi yang rendah. Fontana menekankan bahwa mengurangi konsumsi daging tetapi tetap mengandalkan makanan olahan dapat meningkatkan risiko penyakit serius, seperti stroke, demensia, dan kematian dini.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peningkatan 10% konsumsi kalori dari makanan nabati olahan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 5% dan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 12%. Sebaliknya, mengonsumsi makanan nabati yang diproses secara minimal seperti buah, sayuran, dan biji-bijian utuh justru dapat menurunkan risiko penyakit jantung secara signifikan.

Menurut Dr. Fernanda Rauber, penulis utama studi yang diterbitkan oleh Medical News Today, penting untuk tidak hanya memilih makanan nabati, tetapi juga memastikan bahwa makanan tersebut tidak melalui proses pemurnian yang berlebihan. Sementara itu, Marzio Lanzini, seorang koki spesialis makanan sehat dan umur panjang, mengungkapkan bahwa banyak orang yang beralih ke pola makan nabati justru cenderung mengandalkan karbohidrat olahan dan makanan instan, yang berisiko menghambat manfaat kesehatan yang diharapkan.

Untuk memastikan pola makan nabati yang sehat dan seimbang, Fontana dan Lanzini merekomendasikan enam kelompok makanan utama yang sebaiknya dikonsumsi:

Biji-bijian utuh seperti beras merah, gandum, dan barley yang kaya serat serta membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Kacang-kacangan seperti buncis dan lentil yang rendah lemak, tinggi protein, serta kaya akan antioksidan untuk menjaga kesehatan jantung, sistem pencernaan, dan tulang.
Kacang utuh seperti almond dan pistachio yang mengandung lemak sehat, vitamin E, magnesium, serta selenium untuk mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Biji-bijian kecil seperti wijen, chia, dan bunga matahari yang meningkatkan asupan protein, serat, dan mineral penting.
Lemak sehat dari minyak zaitun extra-virgin dan alpukat, yang membantu menurunkan kolesterol serta mengurangi peradangan dalam tubuh.
Buah dan sayuran rendah glikemik seperti apel, jeruk, brokoli, dan tomat yang berperan dalam menjaga kadar gula darah serta mencegah penyakit kronis.

Dengan pendekatan yang tepat, pola makan nabati bukan hanya sekadar tren, melainkan cara efektif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia secara alami.

Nyeri Dada: Kenali Perbedaannya, Serangan Jantung atau GERD?

Nyeri dada kerap menjadi sumber kekhawatiran karena bisa menjadi gejala serangan jantung. Namun, kondisi lain seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang serupa. Oleh karena itu, memahami perbedaan gejalanya sangat penting agar tidak panik berlebihan dan dapat mengambil tindakan yang tepat.

Menurut Dr. dr. Vito Anggarino Damay, SpJP (K), M.Kes, AIFO-K, seorang Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, serangan jantung biasanya ditandai dengan nyeri dada yang berada di tengah dan bisa menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, dagu, atau bahkan ulu hati. Rasa nyerinya sering digambarkan seperti ditekan atau diremas, dan dapat disertai gejala lain seperti keringat dingin, sesak napas, serta jantung berdebar. Beberapa pasien bahkan keliru menganggapnya sebagai gangguan pencernaan. Dari sisi medis, serangan jantung dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang menunjukkan perubahan segmen ST atau gelombang T, serta adanya peningkatan enzim jantung Troponin yang mengindikasikan kerusakan otot jantung.

Sebaliknya, GERD memiliki ciri khas yang berbeda, seperti sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, sering bersendawa, serta gejala yang memburuk setelah mengonsumsi makanan tertentu atau saat berbaring. Berbeda dengan serangan jantung, GERD tidak mempengaruhi hasil EKG maupun kadar enzim jantung.

Dr. Vito menekankan bahwa jika nyeri dada muncul tiba-tiba, disertai keringat dingin, sesak napas, atau tidak mereda meskipun sudah minum obat maag, segera periksakan diri ke rumah sakit. Pemeriksaan EKG sangat penting untuk memastikan apakah gejala tersebut terkait dengan serangan jantung. Dalam kasus serangan jantung, waktu penanganan sangat berpengaruh terhadap tingkat keselamatan pasien serta mencegah komplikasi yang lebih serius.

Walaupun serangan jantung dan GERD memiliki gejala yang berbeda, keduanya bisa terjadi bersamaan, terutama pada individu dengan faktor risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, pemeriksaan medis sangat disarankan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Dr. Vito juga mengingatkan bahwa informasi ini hanya bersifat edukatif dan tidak dapat dijadikan alat diagnosis, karena pemeriksaan langsung oleh dokter tetap diperlukan. Jika mengalami nyeri dada yang mencurigakan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat dan menghindari risiko lebih lanjut.