Tag Archives: Wisatawan Lokal

https://solfestofficial.com

Pesona Pulau Lutungan: Jejak Sejarah dan Keindahan Alam di Tolitoli

Pulau Lutungan, yang terletak di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, semakin dikenal sebagai destinasi wisata menarik yang menawarkan perpaduan antara sejarah dan keindahan alam. Pulau ini, yang juga disebut Tando Kanau, memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi pecinta wisata budaya. Salah satu hal yang menjadikannya unik adalah keberadaan makam para raja Tolitoli, yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kerajaan di daerah tersebut.

Seorang warga setempat, Suratman, menuturkan bahwa Pulau Lutungan memiliki nilai historis yang sangat berarti bagi masyarakat Tolitoli. Ia menyebutkan bahwa pulau ini telah lama menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi raja-raja Tolitoli, menjadikannya lokasi yang penuh makna dan memiliki ikatan kuat dengan sejarah daerah tersebut. Keberadaan makam-makam ini menjadi bukti warisan budaya yang masih terjaga hingga kini.

Selain kaya akan nilai sejarah, Pulau Lutungan juga menawarkan panorama alam yang menawan. Pantainya yang berpasir putih dengan air laut jernih menciptakan suasana yang tenang dan nyaman bagi para wisatawan. Menurut Suratman, pengunjung tidak hanya dapat mempelajari sejarah Tolitoli, tetapi juga menikmati keindahan alam yang masih asri. Suasana pulau yang tenang dan jauh dari keramaian kota menjadikannya destinasi yang sempurna bagi mereka yang ingin bersantai sambil menelusuri jejak masa lalu.

Saat ini, Pulau Lutungan semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar daerah. Dukungan pemerintah dalam pengembangan sektor pariwisata sangat diharapkan untuk meningkatkan fasilitas serta menjaga kelestarian situs bersejarah di pulau ini. Dengan segala potensinya, Pulau Lutungan berpeluang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Tolitoli, yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Tarif Baru Tumpak Sewu Pasca Penggabungan dengan Grojogan Sewu

Wisata air terjun Tumpak Sewu di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini memiliki tarif baru setelah penggabungan dengan Grojogan Sewu. Keputusan ini diambil setelah adanya konflik antara pengelola kedua wisata tersebut. Sejak penggabungan, kedua tempat wisata di aliran Sungai Glidik ini kini menggunakan satu nama, yaitu Tumpak Sewu.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, Yuli Harismawati, menyatakan bahwa tarif wisatawan lokal telah disesuaikan menjadi Rp 20 ribu per orang. Keputusan ini merupakan hasil rapat yang dilakukan pemerintah daerah guna menyesuaikan tarif agar lebih terjangkau bagi masyarakat. Sebelumnya, Bupati Lumajang, Indah Amperawati, mengumumkan bahwa tarif masuk Tumpak Sewu disamakan untuk wisatawan lokal dan mancanegara, yakni Rp 100 ribu per orang. Namun, setelah adanya evaluasi, tarif tersebut direvisi sehingga wisatawan lokal mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan wisatawan asing.

Secara teknis, terdapat dua pintu masuk menuju kawasan wisata ini, yakni melalui bekas pintu masuk Tumpak Sewu dan Grojogan Sewu yang kini telah berganti nama menjadi Tumpak Sewu. Wisatawan tidak perlu khawatir soal tiket, karena tiket yang sudah dibeli dapat digunakan di kedua pintu masuk tanpa dikenakan biaya tambahan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang ingin menjelajahi seluruh area wisata air terjun tanpa harus membayar tiket dua kali.

Wisata Tumpak Sewu telah dibuka kembali sejak Jumat, 14 Maret 2025, setelah sebelumnya sempat ditutup akibat insiden cekcok antara pengelola Grojogan Sewu dan Tumpak Sewu pada 9 Maret 2025. Setelah penggabungan, nama Grojogan Sewu kini resmi dihapus dan seluruh kawasan wisata air terjun tersebut berada di bawah satu pengelolaan dengan nama Tumpak Sewu.

Kenaikan Harga Tiket Bromo Tak Surutkan Antusias Wisatawan: Homestay Sepi, Pengunjung Ramai

Dalam dua hari terakhir, kawasan wisata Gunung Bromo, khususnya melalui pintu masuk Wonokitri di Pasuruan, Jawa Timur, mencatat lonjakan pengunjung yang signifikan. Setiap harinya, rata-rata 500 wisatawan tercatat menikmati keindahan alam Gunung Bromo yang menawan. Kenaikan jumlah wisatawan ini terjadi meski harga tiket masuk mengalami penyesuaian.

Untuk wisatawan lokal, harga tiket hari kerja naik dari Rp29 ribu menjadi Rp54 ribu, sementara pada hari libur meningkat dari Rp34 ribu menjadi Rp79 ribu. Wisatawan mancanegara juga merasakan kenaikan serupa, dari Rp220 ribu menjadi Rp255 ribu, baik pada hari kerja maupun hari libur.

Meskipun kenaikan harga ini cukup terasa, keindahan alam Gunung Bromo tetap menjadi magnet yang tak tergantikan. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, tidak segan membayar harga tiket baru demi menyaksikan panorama matahari terbit, lautan pasir yang memukau, hingga keunikan budaya masyarakat Tengger yang hidup di sekitar kawasan ini.

Sebagian besar wisatawan memilih menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa Jeep Bromo untuk menjelajahi lokasi wisata. Jeep ini dirancang khusus untuk medan yang menantang, menjadikan pengalaman menjelajahi Bromo semakin seru dan aman. Namun, homestay di sekitar Wonokitri tampak sepi karena mayoritas pengunjung memilih untuk tidak menginap, mungkin karena waktu kunjungan yang singkat.

Leo Wiguna, seorang wisatawan asal Bali yang menempuh perjalanan panjang dengan sepeda motor, menyatakan bahwa kenaikan harga tiket tidak menjadi masalah baginya. “Kalau saya enggak masalah. Keindahan Bromo itu luar biasa, sebanding dengan apa yang kita bayar,” ungkap Leo dengan antusias.